Bagi Dicky Sulanjana, bimbingan belajar bagaikan pil mujarab yang manjur memutus rasa takut: Takut gagal SNMPTN. Meski faktanya orangtua Dicky mesti menebus mahal sang pil berkhasiat itu: Merogoh fulus hingga delapan digit, Rp 12 juta, pada 2005 lalu. Toh ia tak lantas menyesal. Saat ini di dompetnya terselip kartu tanda mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB).
Dan, Dicky sulit menafikan peran KSM, bimbel yang diikutinya secara intensif tiga tahun silam. Ketika ditanya apa yang membikin lembaga bimbel lebih terpercaya, jauh mengungguli sekolah biasa, dalam menghadapi SNMPTN, Dicky menjawab cepat. ”Rumus-rumus cepat.” Inilah ‘dagangan’ laris yang dijajakan para lembaga bimbel.
Jika rumus konvensional menuntaskan soal-soal SNMPTN dalam empat langkah, rumus bimbel cukup dua langkah. Padahal, menurut Dicky, lolos SNMPTN adalah perkara menjawab akurat dan cepat soal-soal pilihan berganda. Itu saja. ”Semata-mata hasilnya, bukan prosesnya,” ujar dia. Hanya bimbel yang lazim mengantongi rumus-rumus praktis seperti ini. ”Sekolah nggak punya itu,” tutur mahasiswa jurusan manajemen IPB yang ikut bimbel karantina KSM di Puncak, Bogor.
Begitulah. Setiap bimbel berlomba menawarkan rumus-rumus mutakhir ‘temuannya’. Ganesha Operation (GO) di Bandung, misalnya, mengklaim memiliki koleksi rumus ‘the King’ yang ampuh menuntaskan soal-soal IPA dan Matematika dalam hitungan detik.
Bukan cuma mata pelajaran eksakta, untuk materi-materi noneksakta pun GO tak ketinggalan memiliki cara kilat menghafal yakni melalui metode singkatan. ”Cara ini amat membantu,” tutur Ajeng Mashita, siswi SMUN 78, Kemanggisan, Jakarta Barat, yang saat ini mengikuti kelas eksekutif platinum di GO cabang Tanjung Duren.
Menurut pakar pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Iiq Nurul Faiq, kurang tepat menyetarakan bimbel dengan pendidikan di sekolah. Secara filosofis, kata dia, pendidikan di sekolah ditujukan membangun dan mengembangkan potensi anak. Sementara bimbel lahir membawa misi tunggal: Membantu siswa sukses mengerjakan soal ujian. Itu saja.
Tapi kemudian, bimbel tak lagi sekadar ‘menjual’ rumus-rumus cepat sebagai ‘komoditas’ utama. Alih-alih, lembaga bimbel kian inovatif dalam mengembangkan produk-produknya. Bimbel LP3I LCC, misalnya, bahkan memberi fasilitas musik klasik di setiap ruangan kelas. Musik-musik baroque ini, berdasarkan penelitian, ampuh membikin otak rileks. ”Dan, pada gilirannya mengoptimalkan penerimaan materi belajar,” ujar Stanley Ariyanto, manager LCC Rawamangun dan Pulogadung, Jakarta.
Siswa juga belajar menggunakan fasilitas audio visual, termasuk menyediakan satu unit komputer untuk keperluan browsing. Di LCC, jelas Stanley, setiap kelas diperlengkapi kamera CCTV untuk mengontrol dinamika belajar siswa sebagai bahan evaluasi.
Yang sedikit berbeda, bimbel ini memberi porsi besar bagi pengembangan mental positif siswanya. Siswa akan diikutsertakan pada seminar-seminar motivasi diri. Setelah pelatihan, mereka wajib meneken surat perjanjian yang isinya: Tekad membuat diri mereka sendiri sukses. ”Kita juga mengirim SMS motivasi saban hari,” tutur Stanley.
LP3I LCC menggelar pula program roadshow ke PTN favorit. Siswa diajak berimajinasi menjadi bagian PTN terkenal itu guna memecut dirinya belajar keras. Termasuk di dalamnya program micro faculty. Memungkinkan siswa yang ingin kuliah di kedokteran gigi, misalnya, berkunjung ke kampus fakultas kedokteran gigi untuk merasakan langsung ‘kuliah’ di PTN, bahkan sebelum mereka diterima.
Karantina membikin Ariane Putri tak berkutik. Sejak bangun pukul enam pagi, mantan siswi SMU Regina Pacis, Bogor, itu sudah langsung disambut jadwal yang padat: Mendengarkan wejangan para rohaniawan di pagi-pagi buta dan berolahraga bersama. Sejak pukul 08.30 ia sudah berkutat dengan lusinan soal-soal. ”Berat banget, waktu lowong cuma ada saat cofee break atau jadwal makan siang,”ujar gadis yang kini mahasiswi jurusan psikologi Universitas Indonesia, ini.
Bagi Risky Ambardi, program bimbel karantina yang dilakoninya pada sebuah cottage di Puncak, Bogor, dua tahun silam, menyumbang saham besar bagi sukses dia meraih kursi di ITB kini. Jadwal belajar superketat ditambah proses belajar yang efektif–maksimal sepuluh orang murid–ampuh mendongkrak ketangkasannya membabat soal-soal SPMB dalam tempo cepat. ”Di karantina, kita fokus belajar. Itu sangat penting,” ujar alumni bimbel Alumni itu.
Dengan biaya lebih dari Rp 20 juta yang digelontorkannya, Ariane Putri memperoleh paket bimbel setimpal dari Fres TA. Mulai dari belajar semiprivat di kelas kecil, konsultasi dengan waktu tak terbatas, ujian harian, simulasi SPMB (try out), hingga problem solving hal-hal yang sifatnya pribadi.
”Setiap program camp biasanya memberikan layanan 24 jam penuh,” ujar Zain Sitanggang, kepala cabang Ganesha Operation wilayah selatan dan barat Jakarta. Seperti Fres TA, lembaga bimbel GO juga menggelar program intensif Supra Camp bertarif Rp 13,7 juta di Bandung yang diburu peminat.
Program bimbel intensif di asrama, hotel, atau cottage ini merupakan kelas paling elite di antara program bimbel lainnya. Tingkat kelulusan program ini lebih dari 50 persen dengan jaminan gagal uang kembali. Tapi itu juga berarti, andai sang siswa lulus, maka duit delapan digit serta merta melayang.
Toh, itu bukan persoalan bagi Endar Listiarini, ibunda Ajeng Mashita, yang harus merogoh kocek cukup dalam untuk memasukkan anaknya ke bimbel intensif GO. ”Duit segitu lebih kecil ketimbang harus membayar uang masuk ITB lewat jalur mandiri yang Rp 45 juta,” kata dia ringan.
Menurut pengamat pendidikan dari Center for Better Education, Darmaningtyas, pemantapan yang diadakan pihak sekolah sebetulnya merupakan amunisi yang cukup bagi para siswa untuk menghadapi soal-soal SNMPTN. Itu andai mereka mengikutinya dengan baik. Hanya saja, kebanyakan anak-anak sekarang tidak begitu serius mengikuti pelajaran di sekolah. ”Mereka lebih suka mencari suasana baru agar belajarnya serius,” ujar dia.
Garansi Lolos Bukan Mitos
Pengelola bimbel yakin betul, slogan ‘jaminan 100 persen lulus SNMPTN’ bukanlah omong kosong. Jauh-jauh hari, lembaga bimbel memang telah menyiapkan pelbagai strategi guna mengantisipasi siswa agar tak terantuk pada ujian akbar ini: Dari psikotes, konseling, hingga mengukur kemampuan siswa lewat ajang try out.
Ganesha Operation, misalnya, rutin menggelar try out saban akhir pekan guna. Dan, ini bukan simulasi basa-basi. Try out, kata menurut manajer akademik GO Pusat, Parulian Panggabean, ditujukan serius untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Sebab lazimnya,”Siswa sudah berhasil melampaui passing grade jurusan yang diinginkan pada pekan ketiga,” katanya soal siswa yang mengikuti program intensif Supra Camp yang berlangsung lima pekan. Andai pada pekan ketiga siswa belum berhasil, tim pengajar akan menganalisis letak kekurangannya. Setelah itu, anak diberikan remedial.
Setiap siswa harus mengetahui batas passing grade mereka. Taruhlah rata-rata passing grade UI adalah 50 ke atas. Jika batas kemampuan siswa hanya 40, maka tim GO akan mengarahkan sang siswa memilih PTN lain sesuai batas nilai yang ia mampu.
Andai ia memaksa membidik UI pada pilihan pertamanya, tim GO tak kehabisan strategi. Sang siswa diarahkah untuk memilih jurusan dengan passing grade lima persen di bawah kemampuannya.
Jika kemampuan siswa tersebut 40, maka ia akan diarahkan memilih jurusan dengan passing grade 35. Bisa saja dengan memilih universitas di luar Jakarta, Bandung, atau Yogyakarta yang kurang begitu favorit. ”Itulah dasarnya kita berani menjamin siswa masuk PTN, dengan dasar passing grade tadi,” ujar Zain Sitanggang kepala cabang GO wilayah selatan dan barat Jakarta.
Jauh-jauh hari, ungkap Parulian, siswa terlebih dahulu dibedah profil intelektualnya lewat psikotes. GO menyediakan pula jasa psikolog. Andai ternyata bakat siswa tidak sesuai dengan jurusan yang bidik, psikolog lazimnya menyarankan supaya ia memutar haluan. Tujuannya, supaya siswa urung meleset memilih jurusan.
Soal bocor
Jika ada selentingan bahwa lembaga bimbel kerap ‘membocorkan’ soal, itu pun bukan mitos. Menurut Zain Sitanggang, soal-soal SPMB selalu berulang dari tahun ke tahun. Inilah mengapa menu utama siswa bimbel adalah melahap bejibun soal. Taruhlah soal matematika yang keluar saat SNMPTN sebanyak 40 soal. ”Maka kita mempersiapkan 400 soal untuk dikerjakan siswa,” ujar Zain. Sebab, ada peluang amat besar soal-soal yang keluar tersebut berduplikasi. Soalnya sama, redaksionalnya berbeda.
Di situs resminya, GO bahkan memajang iklan ‘provokatif’: ”Jangan tuduh kami membocorkan soal SPMB. Kalaupun ada soal kami yang keluar, itu karena kami punya referensi text book untuk SPMB’. Hal itu, menurut Zain, tak terbilang aneh. Sebab, text book semacam itu bisa dibeli mudah di luar negeri. GO membeli di Singapura.
Mulanya GO membolak-balik bank soal dari puluhan tahun lalu. Setelah dianalisis, tampak bahwa soal-soal tersebut mengacu pada buku teks tertentu. ”Nah, mengapa kita nggak membeli buku seperti itu saja,” ujar Zain. Isi buku teks ini lazimnya berupa materi lengkap dengan soal-soalnya. Biasanya materi kimia dasar, fisika dasar, atau matematika. Dari buku dasar inilah lantas dikembangkan soal-soal SPMB atau ujian masuk universitas.
Mau Bekerja?
Kamu Lulusan Mana?
Wajar orangtua tak mesti berpikir berlapis-lapis memasukkan anaknya ke bimbingan belajar, meski mereka mesti merogoh kocek amat dalam: Tujuh hingga delapan digit duit.
Maklum, masa depan anak-anak tinggal sejengkal langkah, dan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) adalah gerbangnya. Sementara persaingan di Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) kian hari kian ketat.
Dari ribuan orang yang berjibaku di SPMB, hanya 24 persen yang bakal kebagian jatah kursi PTN. ”Sisanya yang 76 persen harus berjuang habis-habisan,” tutur Arief Rachman. Berikut petikan komentar Arief soal PTN dan bimbingan belajar.
Kuliah di PTN itu penting dan masih memiliki prospek yang bagus ya? Orang berlomba-lomba ikut bimbel…
Jelas. Sekarang begini, kalau mau bekerja, kamu pasti akan ditanya: lulusan mana? Almamater kuliah itu sangat berpengaruh. Universitas negeri pada umumnya memiliki jurusan-jurusannya itu jauh lebih baik ketimbang universitas swasta. Meski tidak selamanya seperti itu. Perguruan tinggi menjanjikan profesi yang lebih baik.
Makanya orang berlomba-lomba masuk PTN. Tetapi, cara melalui bimbel bukanlah syarat mutlak. Yang penting anak itu rajin sejak awal. Bahkan sejak SMP ia sudah harus mulai rajin. Bukan mulai dari SMA-nya baru mulai. Harus sering latihan. Itu bisa dilakukan untuk mempersiapkan masuk PTN.
Banyak bimbel menjanjikan bisa lulus SPMB…
Itu hanya pancingan supaya lembaga tersebut banyak pesertanya. Tidak bisa dipungkiri, lembaga bimbel tak bisa berjalan kalau uangnya tidak cukup. Untuk mencari uang yang cukup, bimbel bisa saja membuat iklan yang sifatnya tidak masuk di akal. Tidak bisa saya, misalnya, menjanjikan siswa pasti masuk UI. Bagaimana caranya? Saya sendiri sebagai guru tidak bisa menjanjikan itu.
Harga selangit dipatok untuk masuk SPMB. Apa siswa perlu membayar semahal itu?
Saya ingatkan sebagai seorang pendidik, tidak satu pun pelatihan yang bisa langsung memastikan anak bisa diterima hanya karena uangnya besar. Kalaupun nanti ia bisa diterima, itu bukan karena uangnya, tetapi proses yang dijalani oleh anak itu selama bimbingan belajar.
Berarti tidak perlu sampai bayar mahal pun, seorang anak bisa lulus SPMB asal di sekolah belajar dengan benar?
Seharusnya iya. Tetapi banyak anak merasa belum cukup. Kita tahu sekolah itu ada yang unggulan dan nonunggulan. Untuk sekolah yang unggulan saja, masih mengadakan bimbel. Apalagi yang non unggulan.
Lebih jauh, kekeliruan apa yang terjadi dalam sistem pendidikan?
Kita masih menganggap kekuatan otak itu jauh lebih penting daripada kekuatan watak. Menurut saya, keduanya harus seimbang. Harus dicapai dengan sebaik-baiknya.
Caranya, sekolah jangan mengembangkan kultur hanya mengejar nilai dan kelulusan. Kultur sekolah harus bisa membentuk kepribadian dan karakter anak-anak yang kuat. Itu yang paling penting.