LCC Rawamangun

Oktober 20, 2008

Bimbel menawarkan rumus cepat membabat soal

Filed under: Info Pendidikan — franchise bimbel @ 8:45 am

Bagi Dicky Sulanjana, bimbingan belajar bagaikan pil mujarab yang manjur memutus rasa takut: Takut gagal SNMPTN. Meski faktanya orangtua Dicky mesti menebus mahal sang pil berkhasiat itu: Merogoh fulus hingga delapan digit, Rp 12 juta, pada 2005 lalu. Toh ia tak lantas menyesal. Saat ini di dompetnya terselip kartu tanda mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB).

Dan, Dicky sulit menafikan peran KSM, bimbel yang diikutinya secara intensif tiga tahun silam. Ketika ditanya apa yang membikin lembaga bimbel lebih terpercaya, jauh mengungguli sekolah biasa, dalam menghadapi SNMPTN, Dicky menjawab cepat. ”Rumus-rumus cepat.” Inilah ‘dagangan’ laris yang dijajakan para lembaga bimbel.

Jika rumus konvensional menuntaskan soal-soal SNMPTN dalam empat langkah, rumus bimbel cukup dua langkah. Padahal, menurut Dicky, lolos SNMPTN adalah perkara menjawab akurat dan cepat soal-soal pilihan berganda. Itu saja. ”Semata-mata hasilnya, bukan prosesnya,” ujar dia. Hanya bimbel yang lazim mengantongi rumus-rumus praktis seperti ini. ”Sekolah nggak punya itu,” tutur mahasiswa jurusan manajemen IPB yang ikut bimbel karantina KSM di Puncak, Bogor.

Begitulah. Setiap bimbel berlomba menawarkan rumus-rumus mutakhir ‘temuannya’. Ganesha Operation (GO) di Bandung, misalnya, mengklaim memiliki koleksi rumus ‘the King’ yang ampuh menuntaskan soal-soal IPA dan Matematika dalam hitungan detik.

Bukan cuma mata pelajaran eksakta, untuk materi-materi noneksakta pun GO tak ketinggalan memiliki cara kilat menghafal yakni melalui metode singkatan. ”Cara ini amat membantu,” tutur Ajeng Mashita, siswi SMUN 78, Kemanggisan, Jakarta Barat, yang saat ini mengikuti kelas eksekutif platinum di GO cabang Tanjung Duren.

Menurut pakar pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Iiq Nurul Faiq, kurang tepat menyetarakan bimbel dengan pendidikan di sekolah. Secara filosofis, kata dia, pendidikan di sekolah ditujukan membangun dan mengembangkan potensi anak. Sementara bimbel lahir membawa misi tunggal: Membantu siswa sukses mengerjakan soal ujian. Itu saja.

Tapi kemudian, bimbel tak lagi sekadar ‘menjual’ rumus-rumus cepat sebagai ‘komoditas’ utama. Alih-alih, lembaga bimbel kian inovatif dalam mengembangkan produk-produknya. Bimbel LP3I LCC, misalnya, bahkan memberi fasilitas musik klasik di setiap ruangan kelas. Musik-musik baroque ini, berdasarkan penelitian, ampuh membikin otak rileks. ”Dan, pada gilirannya mengoptimalkan penerimaan materi belajar,” ujar Stanley Ariyanto, manager LCC Rawamangun dan Pulogadung, Jakarta.

Siswa juga belajar menggunakan fasilitas audio visual, termasuk menyediakan satu unit komputer untuk keperluan browsing. Di LCC, jelas Stanley, setiap kelas diperlengkapi kamera CCTV untuk mengontrol dinamika belajar siswa sebagai bahan evaluasi.

Yang sedikit berbeda, bimbel ini memberi porsi besar bagi pengembangan mental positif siswanya. Siswa akan diikutsertakan pada seminar-seminar motivasi diri. Setelah pelatihan, mereka wajib meneken surat perjanjian yang isinya: Tekad membuat diri mereka sendiri sukses. ”Kita juga mengirim SMS motivasi saban hari,” tutur Stanley.

LP3I LCC menggelar pula program roadshow ke PTN favorit. Siswa diajak berimajinasi menjadi bagian PTN terkenal itu guna memecut dirinya belajar keras. Termasuk di dalamnya program micro faculty. Memungkinkan siswa yang ingin kuliah di kedokteran gigi, misalnya, berkunjung ke kampus fakultas kedokteran gigi untuk merasakan langsung ‘kuliah’ di PTN, bahkan sebelum mereka diterima.


Karantina membikin Ariane Putri tak berkutik. Sejak bangun pukul enam pagi, mantan siswi SMU Regina Pacis, Bogor, itu sudah langsung disambut jadwal yang padat: Mendengarkan wejangan para rohaniawan di pagi-pagi buta dan berolahraga bersama. Sejak pukul 08.30 ia sudah berkutat dengan lusinan soal-soal. ”Berat banget, waktu lowong cuma ada saat cofee break atau jadwal makan siang,”ujar gadis yang kini mahasiswi jurusan psikologi Universitas Indonesia, ini.

Bagi Risky Ambardi, program bimbel karantina yang dilakoninya pada sebuah cottage di Puncak, Bogor, dua tahun silam, menyumbang saham besar bagi sukses dia meraih kursi di ITB kini. Jadwal belajar superketat ditambah proses belajar yang efektif–maksimal sepuluh orang murid–ampuh mendongkrak ketangkasannya membabat soal-soal SPMB dalam tempo cepat. ”Di karantina, kita fokus belajar. Itu sangat penting,” ujar alumni bimbel Alumni itu.

Dengan biaya lebih dari Rp 20 juta yang digelontorkannya, Ariane Putri memperoleh paket bimbel setimpal dari Fres TA. Mulai dari belajar semiprivat di kelas kecil, konsultasi dengan waktu tak terbatas, ujian harian, simulasi SPMB (try out), hingga problem solving hal-hal yang sifatnya pribadi.

”Setiap program camp biasanya memberikan layanan 24 jam penuh,” ujar Zain Sitanggang, kepala cabang Ganesha Operation wilayah selatan dan barat Jakarta. Seperti Fres TA, lembaga bimbel GO juga menggelar program intensif Supra Camp bertarif Rp 13,7 juta di Bandung yang diburu peminat.

Program bimbel intensif di asrama, hotel, atau cottage ini merupakan kelas paling elite di antara program bimbel lainnya. Tingkat kelulusan program ini lebih dari 50 persen dengan jaminan gagal uang kembali. Tapi itu juga berarti, andai sang siswa lulus, maka duit delapan digit serta merta melayang.

Toh, itu bukan persoalan bagi Endar Listiarini, ibunda Ajeng Mashita, yang harus merogoh kocek cukup dalam untuk memasukkan anaknya ke bimbel intensif GO. ”Duit segitu lebih kecil ketimbang harus membayar uang masuk ITB lewat jalur mandiri yang Rp 45 juta,” kata dia ringan.

Menurut pengamat pendidikan dari Center for Better Education, Darmaningtyas, pemantapan yang diadakan pihak sekolah sebetulnya merupakan amunisi yang cukup bagi para siswa untuk menghadapi soal-soal SNMPTN. Itu andai mereka mengikutinya dengan baik. Hanya saja, kebanyakan anak-anak sekarang tidak begitu serius mengikuti pelajaran di sekolah. ”Mereka lebih suka mencari suasana baru agar belajarnya serius,” ujar dia.

Garansi Lolos Bukan Mitos

Pengelola bimbel yakin betul, slogan ‘jaminan 100 persen lulus SNMPTN’ bukanlah omong kosong. Jauh-jauh hari, lembaga bimbel memang telah menyiapkan pelbagai strategi guna mengantisipasi siswa agar tak terantuk pada ujian akbar ini: Dari psikotes, konseling, hingga mengukur kemampuan siswa lewat ajang try out.

Ganesha Operation, misalnya, rutin menggelar try out saban akhir pekan guna. Dan, ini bukan simulasi basa-basi. Try out, kata menurut manajer akademik GO Pusat, Parulian Panggabean, ditujukan serius untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Sebab lazimnya,”Siswa sudah berhasil melampaui passing grade jurusan yang diinginkan pada pekan ketiga,” katanya soal siswa yang mengikuti program intensif Supra Camp yang berlangsung lima pekan. Andai pada pekan ketiga siswa belum berhasil, tim pengajar akan menganalisis letak kekurangannya. Setelah itu, anak diberikan remedial.

Setiap siswa harus mengetahui batas passing grade mereka. Taruhlah rata-rata passing grade UI adalah 50 ke atas. Jika batas kemampuan siswa hanya 40, maka tim GO akan mengarahkan sang siswa memilih PTN lain sesuai batas nilai yang ia mampu.

Andai ia memaksa membidik UI pada pilihan pertamanya, tim GO tak kehabisan strategi. Sang siswa diarahkah untuk memilih jurusan dengan passing grade lima persen di bawah kemampuannya.

Jika kemampuan siswa tersebut 40, maka ia akan diarahkan memilih jurusan dengan passing grade 35. Bisa saja dengan memilih universitas di luar Jakarta, Bandung, atau Yogyakarta yang kurang begitu favorit. ”Itulah dasarnya kita berani menjamin siswa masuk PTN, dengan dasar passing grade tadi,” ujar Zain Sitanggang kepala cabang GO wilayah selatan dan barat Jakarta.

Jauh-jauh hari, ungkap Parulian, siswa terlebih dahulu dibedah profil intelektualnya lewat psikotes. GO menyediakan pula jasa psikolog. Andai ternyata bakat siswa tidak sesuai dengan jurusan yang bidik, psikolog lazimnya menyarankan supaya ia memutar haluan. Tujuannya, supaya siswa urung meleset memilih jurusan.

Soal bocor
Jika ada selentingan bahwa lembaga bimbel kerap ‘membocorkan’ soal, itu pun bukan mitos. Menurut Zain Sitanggang, soal-soal SPMB selalu berulang dari tahun ke tahun. Inilah mengapa menu utama siswa bimbel adalah melahap bejibun soal. Taruhlah soal matematika yang keluar saat SNMPTN sebanyak 40 soal. ”Maka kita mempersiapkan 400 soal untuk dikerjakan siswa,” ujar Zain. Sebab, ada peluang amat besar soal-soal yang keluar tersebut berduplikasi. Soalnya sama, redaksionalnya berbeda.

Di situs resminya, GO bahkan memajang iklan ‘provokatif’: ”Jangan tuduh kami membocorkan soal SPMB. Kalaupun ada soal kami yang keluar, itu karena kami punya referensi text book untuk SPMB’. Hal itu, menurut Zain, tak terbilang aneh. Sebab, text book semacam itu bisa dibeli mudah di luar negeri. GO membeli di Singapura.

Mulanya GO membolak-balik bank soal dari puluhan tahun lalu. Setelah dianalisis, tampak bahwa soal-soal tersebut mengacu pada buku teks tertentu. ”Nah, mengapa kita nggak membeli buku seperti itu saja,” ujar Zain. Isi buku teks ini lazimnya berupa materi lengkap dengan soal-soalnya. Biasanya materi kimia dasar, fisika dasar, atau matematika. Dari buku dasar inilah lantas dikembangkan soal-soal SPMB atau ujian masuk universitas.

Mau Bekerja?
Kamu Lulusan Mana?

Wajar orangtua tak mesti berpikir berlapis-lapis memasukkan anaknya ke bimbingan belajar, meski mereka mesti merogoh kocek amat dalam: Tujuh hingga delapan digit duit.

Maklum, masa depan anak-anak tinggal sejengkal langkah, dan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) adalah gerbangnya. Sementara persaingan di Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) kian hari kian ketat.

Dari ribuan orang yang berjibaku di SPMB, hanya 24 persen yang bakal kebagian jatah kursi PTN. ”Sisanya yang 76 persen harus berjuang habis-habisan,” tutur Arief Rachman. Berikut petikan komentar Arief soal PTN dan bimbingan belajar.

Kuliah di PTN itu penting dan masih memiliki prospek yang bagus ya? Orang berlomba-lomba ikut bimbel…
Jelas. Sekarang begini, kalau mau bekerja, kamu pasti akan ditanya: lulusan mana? Almamater kuliah itu sangat berpengaruh. Universitas negeri pada umumnya memiliki jurusan-jurusannya itu jauh lebih baik ketimbang universitas swasta. Meski tidak selamanya seperti itu. Perguruan tinggi menjanjikan profesi yang lebih baik.
Makanya orang berlomba-lomba masuk PTN. Tetapi, cara melalui bimbel bukanlah syarat mutlak. Yang penting anak itu rajin sejak awal. Bahkan sejak SMP ia sudah harus mulai rajin. Bukan mulai dari SMA-nya baru mulai. Harus sering latihan. Itu bisa dilakukan untuk mempersiapkan masuk PTN.

Banyak bimbel menjanjikan bisa lulus SPMB…
Itu hanya pancingan supaya lembaga tersebut banyak pesertanya. Tidak bisa dipungkiri, lembaga bimbel tak bisa berjalan kalau uangnya tidak cukup. Untuk mencari uang yang cukup, bimbel bisa saja membuat iklan yang sifatnya tidak masuk di akal. Tidak bisa saya, misalnya, menjanjikan siswa pasti masuk UI. Bagaimana caranya? Saya sendiri sebagai guru tidak bisa menjanjikan itu.

Harga selangit dipatok untuk masuk SPMB. Apa siswa perlu membayar semahal itu?
Saya ingatkan sebagai seorang pendidik, tidak satu pun pelatihan yang bisa langsung memastikan anak bisa diterima hanya karena uangnya besar. Kalaupun nanti ia bisa diterima, itu bukan karena uangnya, tetapi proses yang dijalani oleh anak itu selama bimbingan belajar.

Berarti tidak perlu sampai bayar mahal pun, seorang anak bisa lulus SPMB asal di sekolah belajar dengan benar?
Seharusnya iya. Tetapi banyak anak merasa belum cukup. Kita tahu sekolah itu ada yang unggulan dan nonunggulan. Untuk sekolah yang unggulan saja, masih mengadakan bimbel. Apalagi yang non unggulan.

Lebih jauh, kekeliruan apa yang terjadi dalam sistem pendidikan?
Kita masih menganggap kekuatan otak itu jauh lebih penting daripada kekuatan watak. Menurut saya, keduanya harus seimbang. Harus dicapai dengan sebaik-baiknya.
Caranya, sekolah jangan mengembangkan kultur hanya mengejar nilai dan kelulusan. Kultur sekolah harus bisa membentuk kepribadian dan karakter anak-anak yang kuat. Itu yang paling penting.

Lowongan Tutor

Filed under: Lowongan — franchise bimbel @ 8:38 am
LP3I Course Center Rawamangun dan Pulogadung merupakan lembaga
pendidikan yang berskala nasional membutuhkan tenaga pengajar untuk:
1. Pengajar Bidang Studi Matematika (Kode: Math)

* Pria/ Wanita Maksimal 35 tahun
* Pendikan Minimal S1 MIPA
* Memiliki kemampuan mengajar yang baik
* Sudah Lulus S1
* Penampilan menarik dan sopan

2. Pengajar Bidang Studi Kimia (Kode: KIM)

* Pria/ Wanita Maksimal 35 tahun
* Pendikan Minimal S1 MIPA
* Memiliki kemampuan mengajar yang baik
* Sudah Lulus S1
* Penampilan menarik dan sopan

3. Pengajar Bidang Studi Fisika (Kode: FIS)

* Pria/ Wanita Maksimal 35 tahun
* Pendikan Minimal S1 MIPA
* Memiliki kemampuan mengajar yang baik
* Sudah Lulus S1
* Penampilan menarik dan sopan

Rincian tugas bisa menghubungi email di bawah ini:
Bagi yang berminat silahkan mengirimkan lamaran, CV dan foto terbaru ke
alamat LP3I Course Center Rawamangun Jl. Balai Pustaka Timur Blok B22
No. 39 Rawamangun Jakarta 13220 atau www.lcc-ptc.com, harap mencantumkan
posisi yang dilamar

Bill Gates

Filed under: Cerita Sukses — franchise bimbel @ 8:35 am

William Henry Gates III atau lebih terkenal dengan sebutan Bill Gates, lahir di Seatle, Washington pada tanggal 28 Oktober 1955. Ayah Bill, Bill Gates Jr., bekerja di sebuah firma hukum sebagai seorang pengacara dan ibunya, Mary, adalah seorang mantan guru. Bill adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Sejak kecil Bill mempunyai hobi “hiking”,bahkan hingga kini pun kegiatan ini masih sering dilakukannya bila ia sedang “berpikir”.

Bill kecil mampu dengan mudah melewati masa sekolah dasar dengan nilai sangat memuaskan, terutama dalam pelajaran IPA dan Matematika. Mengetahui hal ini orang tua Bill, kemudian menyekolahkannya di sebuah sekolah swasta yang terkenal dengan pembinaan akademik yang baik, bernama “LAKESIDE”. Pada saat itu , Lakeside baru saja membeli sebuah komputer, dan dalam waktu seminggu, Bill Gates, Paul Allen dan beberapa siswa lainnya (sebagian besar nantinya menjadi programmer pertama microsoft) sudah menghabiskan semua jam pelajaran komputer untuk satu tahun.

Kemampuan komputer Bill Gates sudah diakui sejak dia masih bersekolah di Lakeside. Dimulai dengan meng”hack” komputer sekolah, mengubah jadwal, dan penempatan siswa. Tahun 1968, Bill Gates, Paul Allen, dan dua hackers lainnya disewa oleh Computer Center Corp. untuk menjadi tester sistem keamanan perusahaan tersebut. Sebagai balasan, mereka diberikan kebebasan untuk menggunakan komputer perusahaan. Menurut Bill saat itu lah mereka benar- benar dapat “memasuki” komputer. Dan disinilah mereka mulai mengembangkan kemampuan menuju pembentukan micr*soft, 7 tahun kemudian.

Selanjutnya kemampuan Bill Gates semakin terasah. Pembuatan program sistem pembayaran untuk Information Science Inc, merupakan bisnis pertamanya. Kemudian bersama Paul Ellen mendirikan perusahaan pertama mereka yang disebut Traf-O-Data. Mereka membuat sebuah komputer kecil yang mampu mengukur aliran lalu lintas. Bekerja sebagai debugger di perusahaan kontrkator pertahanan TRW, dan sebagai penanggungjawab komputerisasi jadwal sekolah, melengkapi pengalaman Bill Gates.

Musim gugur 1973, Bill Gates berangkat menuju Harvard University dan terdaftar sebagai siswa fakultas hukum. Bill mampu dengan baik mengikuti kuliah, namun sama seperti ketika di SMA, perhatiannya segera beralih ke komputer. Selama di Harvard, hubungannya dengan Allen tetap dekat. Bill dikenal sebagai seorang jenius di Harvard. Bahkan salah seorang guru Bill mengatakan bahwa Bill adalah programmer yang luar biasa jenius, namun seorang manusia yang menyebalkan.
Desember 1974, saat hendak mengunjungi Bill Gates, Paul Allen membaca artikel majalah Popular Electronics dengan judul “World`s First Microcomputer Kit to Rival Commercial Models”. Artikel ini memuat tentang komputer mikro pertama Altair 9090. Allen kemudian berdiskusi dengan Bill Gates. Mereka menyadari bahwa era “komputer rumah” akan segera hadir dan meledak, membuat keberadaan software untuk komputer – komputer tersebut sangat dibutuhkan. Dan ini merupakan kesempatan besar bagi mereka.

Kemudian dalam beberapa hari, Gates menghubungi perusahaan pembuat Altair, MITS (Micro Instrumentation and Telemetry Systems). Dia mengatakan bahwa dia dan Allen, telah membuat BASIC yang dapat digunakan pada Altair. Tentu saja ini adalah bohong. Bahkan mereka sama sekali belum menulis satu baris kode pun. MITS, yang tidak mengetahui hal ini, sangat tertarik pada BASIC. Dalam waktu 8 minggu BASIC telah siap. Allen menuju MITS untuk mempresentasikan BASIC. Dan walaupun, ini adalah kali pertama bagi Allen dalam mengoperasikan Altair, ternyata BASIC dapat bekerja dengan sempurna. Setahun kemudian Bill Gates meninggalkan Harvard dan mendirikan microsoft.
Kisah Bill Gates Meninggalkan Harvard Demi Mengejar Impian

Ketika ia bosan dengan Harvard, Gates melamar pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan komputer di daerah Boston. Gates mendorong Paul Allen untuk mencoba melamar sebagai pembuat program di Honey-well agar keduanya dapat melanjutkan impian mereka untuk mendirikan sebuah perusahaan perangkat lunak.

Pada suatu hari di bulan Desember yang beku, Paul Allen melihat sampul depan majalah Popular Mechanics, terbitan Januari 1975, yaitu gambar komputer mikro rakitan baru yang revolusioner MITS Altair 8080 (Komputer kecil ini menjadi cikal bakal PC di kemudian hari). Kemudian Allen menemui Gates dan membujuknya bahwa mereka harus mengembangkan sebuah bahasa untuk mesin kecil sederhana itu. Allen terus mengatakan, Yuk kita dirikan sebuah perusahaan. Yuk kita lakukan.

Kami sadar bahwa revolusi itu bisa terjadi tanpa kami. Setelah kami membaca artikel itu, tak diragukan lagi dimana kami akan memfokuskan hidup kami. Kedua sahabat itu bergegas ke sebuah komputer Harvard untuk menulis sebuah adaptasi dari program bahasa BASIC. Gates dan Allen percaya bahwa komputer kecil itu dapat melakukan keajaiban. Dari sana pula mereka mempunyai mimpi, tersedianya sebuah komputer di setiap meja tulis dan di setiap rumah tangga.

Semangat Allen dan Gates tidak percuma, dan dari sana mereka mendirikan perusahaan “Microsoft”. Berawal dari komputer kecil itulah yang menjadi mode dari segala macam komputansi. Dan sekarang bisa Anda lihat bahwa Microsoft telah benar-benar menjadi bagian dari kebutuhan komputansi di seluruh dunia. Dan hampir setiap orang mengenal Bill Gates sebagai orang terkaya di dunia saat ini.

“Orang yang sukses adalah
orang yang memiliki mimpi
dan keyakinan bahwa mimpi itu akan dapat terjadi
berapapun harga yang harus ia bayar…”

Wow! Biaya Bimbel Rp2 juta hingga Rp10,5 Juta

Filed under: Info Pendidikan — franchise bimbel @ 8:11 am

Beban kehidupan ekonomi yang semakin berat dirasakan keluarga-keluarga Indonesia saat ini, bakal bertambah menyesakkan bila harus ditambah biaya pendidikan bagi anak mereka. Apalagi, bagi orang tua yang anaknya akan memasuki kelulusan pada tahun ini.

Biaya itu bukan sekedar ongkos sekolah resmi, tapi juga tambahan-tambahan lain bila mereka berharap putra putrinya lolos Ujian Nasional (UN) dan Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Bayangkan saja, biaya untuk ikut bimbingan belajar (bimbel) misalnya, bisa mencapai Rp10 juta lebih!

Sejumlah bimbel yang ditelusuri Kompas.com, menawarkan program yang cukup beragam, dengan harga paket yang beragam pula. Mau tahu? Biayanya tak main-main, mulai dari Rp2 juta hingga Rp10,5 juta. Khusus bagi siswa kelas XII SMA, beberapa bimbel membuat program khusus untuk persiapan UN dan SPMB.

Bimbel Kelompok Studi Mahasiswa (KSM) yang terletak di bilangan Salemba, Jakarta Pusat mengadakan sejumlah program yang dinamakan Standard Class (SC), Executive Class (EC) dan Royal Class (RC). Biaya yang diterapkan pun berbeda-beda. Tapi, menurut Staff KSM, Tina, kebanyakan siswa-siswa di bimbel tersebut mengikuti program sejak memasuki kelas XII hingga menjelang SPMB. Untuk berbagai program tersebut, harga yang ditawarkan Rp3,1 juta (SC), Rp4,5 juta (EC) dan Rp8,6 juta (RC).

“Khusus menjelang UN ini kita juga mengadakan program jaminan lulus UN. Dari tanggal 17 Maret sampai 21 April. Biayanya 550 ribu. Kalau tidak lulus UN, uangnya kita kembalikan 100 persen. Tapi ada syaratnya, diantaranya kehadiran belajar minimal 85 persen,” ujar Tina, Selasa (15/4).

Bimbingan Belajar Bintang Pelajar juga menawarkan program yang sama, yaitu Program Jaminan. Bedanya, program jaminan yang ditawarkan khusus bagi siswa yang lulus di 5 Perguruan Tinggi Negeri Favorit. Lima PTN tersebut UI, UGM, Unpad, ITB dan IPB.

“Kalau biaya reguler kita 5 juta satu paket, persiapan UN dan SPMB. Untuk program Jaminan ini, harus ikut dari awal tahun ajaran. Tambahannya 5,5 juta, sehingga totalnya 10,5 juta,” jelas Staff Bintang Pelajar, Hesti.

Program Jaminan yang ditawarkan Bimbel yang terletak di Jalan Pemuda, Rawamangun, Jakarta tersebut akan mengembalikan uang jaminan sebesar Rp5,5 juta jika siswa didikannya tidak lulus SPMB di salah satu dari 5 PTN tersebut. Bagi siswa yang mengikuti program ini, ada tambahan waktu les yaitu 3 kali dalam seminggu diluar jadwal reguler.

Lain halnya dengan Bimbel Nurul Fikri (NF). Bimbel ini hanya menawarkan dua program, yaitu program reguler yang diperuntukkan bagi persiapan UN dan SPMB. Sementara satu program lainnya khusus Super Intensif SPMB 2008.

Untuk menarik siswa, salah satu triknya dengan memberikan kesempatan mengangsur uang bimbingan. Biaya yang ditawarkan juga lebih ekonomis. Program reguler per semester Rp720 ribu rupiah. “Kalau ambil satu paket dari awal sampai SPMB biayanya Rp1,350 juta yang bisa diangsur 3 kali. Ditambah dengan program super intensif menjelang SPMB 630 ribu,” tutur Staff NF, Sri yang ditemui di lokasi Bimbel, Jalan Kenari II, Jakarta Pusat.

Semakin tinggi standar kelulusan yang diterapkan pemerintah, sepertinya akan menjadi peluang bisnis yang semakin bagus bagi para pengelola bimbel. Maklum saja, para siswa (termasuk orang tuanya) pasti akan semakin panik dan khawatir. Kalau sudah begini, biaya menjadi nomor sekian, yang penting lulus. Benar begitu?

“Iya, kata bokap terserah mau bimbingan di mana aja. Gue ikut BTA SMA 8 juga karena disuruh kakak, biar makin mantap! Namanya juga usaha,” ujar Kiki, siswa SMA 68 yang mengikuti 3 bimbel sekaligus.Wow! Biaya Bimbel Rp2 juta hingga Rp10,5 Juta

Harga Diri Sekolah Tergadai Bimbel

Filed under: Info Pendidikan — franchise bimbel @ 8:01 am

Oleh M Basuki Sugita

Bulan ini merupakan waktu sibuk setiap satuan pendidikan menyiapkan anak didiknya menghadapi ujian nasional yang diagendakan bulan April dan Mei mendatang. Menjelang Hari H, pihak sekolah mengadakan beberapa kali uji coba yang diikuti siswa kelas VI sekolah dasar, kelas IX sekolah menengah pertama, dan siswa kelas XII sekolah menengah atas.

Sejak tiga tahun terakhir, marak setiap menjelang UN satuan pendidikan mengadakan kerja sama dengan lembaga nonprofit, seperti bimbingan belajar (bimbel). Kerja sama itu meliputi pembuatan soal, percetakan soal-soal latihan UN, sampai proses penilaian lembar jawab komputer (LJK). Praktis sekolah setor sejumlah uang, soal-soal latihan tersaji tinggal dibagikan kepada siswa. Selesai dikerjakan, LJK dikembalikan ke bimbel dan seminggu kemudian sudah muncul daftar nilai hasil latihan UN lengkap dengan peringkat siswa.

Hubungan baik satuan pendidikan dengan bimbel ironisnya direstui pejabat terkait di daerah. Terbukti, latihan bersama yang dimotori Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) jamak menggunakan soal-soal berlabel bimbel. Bukan soal latihan UN saja ditangani bimbel. Kerja sama tersebut sudah merambah hingga pembuatan soal tes semesteran, bahkan sampai soal ulangan harian.

Budaya instan yang dikembangkan sekolah sebenarnya justru mencoreng harga diri pelaku pendidikan itu sendiri. Mengapa pelaku pendidikan enggan membuat soal-soal sendiri yang seharusnya menjadi tugas pokok seorang guru? Siapa yang diuntungkan dari bisnis latihan UN?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III (2005) terbitan PT Balai Pustaka, sekolah diartikan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran atau tempat usaha menuntut kepandaian. Bimbingan diartikan petunjuk (penjelasan) cara mengerjakan sesuatu, tuntunan, dan pimpinan.

Dalam konteks keseharian, bimbel diartikan masyarakat luas sebagai tempat layanan khusus untuk menyiasati soal-soal ulangan harian sekolah, kenaikan kelas, UN, sampai persiapan seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB).

Bukan rahasia lagi, setiap menjelang UN, peredaran uang di lingkup pendidikan cukup kencang. Faktor fulus menjadi penentu utama kebijakan membeli soal-soal dari bimbel. Harga pasaran paket soal latihan UN tingkat SMP dipatok bimbel berkisar Rp 20.000 per siswa, di luar biaya administrasi latihan dan honor guru jaga. Nilai harga tadi sudah mencakup soal paket A dan B (sesuai standar UN) sampai pengolahan LJK siswa peserta latihan UN.

Supaya kelangsungan kerja sama lancar saban tahun, pengelola bimbel kebanyakan merekrut tenaga guru sekolah-sekolah favorit atau guru inti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang juga penentu kebijakan pendidikan di daerah.

Sulit menolak anggapan usaha lembaga bimbel bertujuan murni meningkatkan taraf pendidikan. Seperti halnya usaha bidang lain, keuntungan materi menjadi salah satu pertimbangan pendirian bimbel. Padahal, ikut belajar di bimbel tidak murah biayanya. Sebagai contoh, di Kudus, biaya bimbel termurah untuk kelas IX SMP berkisar Rp 1,35 juta hingga Rp 1,65 juta per tahun. Untuk biaya Rp 1,35 juta terinci uang pendaftaran Rp 50.000, biaya sarana dan fasilitas Rp 400.000, serta biaya bimbingan Rp 900.000.

Seminggu siswa peserta bimbel masuk tiga kali, masing-masing dua jam. Materi yang didapat mata pelajaran UN (Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Ilmu Pengetahuan Alam). Fasilitas yang didapat adalah modul soal-soal latihan, suplemen, trik-trik pengerjaan soal, serta evaluasi rutin per bulan.

Sekolah formal tingkat SMP negeri menarik sumbangan penyelenggaraan pendidikan (SPP) berkisar Rp 25.000 per bulan atau Rp 300.000 per tahun. Swasta berkisar Rp 60.000 per bulan atau Rp 720.000 per tahun. Di luar biaya lain, seperti buku-buku pelajaran yang mencapai Rp 350.000. Belajar formal tatap muka per minggu 38 jam pelajaran, masing-masing 40 menit atau jauh lebih banyak dibanding belajar di bimbel.

Kerugian

Ada sejumlah faktor kerugian yang muncul dari pembelian soal latihan UN bimbel. Pertama, guru tidak terbiasa membuat soal sendiri. Padahal, tugas utama guru mengajar, mendidik, dan mengevaluasi kinerja anak didiknya sendiri. Bisa diartikan, mata rantai tugas guru terpotong hanya karena alasan bisnis semata.

Tanpa terbiasa membuat soal dan mengevaluasi kinerja siswa, kerja guru hanya sebagai “tukang ngajar” belaka. Kedua, harga diri guru dan sekolah jatuh di mata siswa dan orangtua. Sebab, siswa pasti tahu dari kop lembar soal dan lembar jawab bahwa soal-soal yang mereka kerjakan bukan karya gurunya sendiri, tetapi pihak lain.

Ketiga, harga beli soal bimbel jatuhnya lebih mahal, berarti memberatkan keuangan orangtua siswa. Ditangani sendiri, biaya per paket soal latihan UN tingkat SMP (empat mata pelajaran) hanya berkisar Rp 18.000 per siswa, sudah termasuk biaya administrasi dan honor guru jaga.

Besar kemungkinan ketergantungan para siswa terhadap bimbel semakin terasa dari tahun ke tahun. Apalagi, pelaksanaan UN-meski ditentang banyak pihak-kemungkinan besar terus dikembangkan pemerintah. Ditambah lagi, jumlah mata pelajaran yang di-UN-kan terus tambah banyak. Bahkan, ada kecenderungan sekolah justru lebih terasa sebagai bimbel dibanding lembaga pendidikan formal.

Yang terasa unik dan menarik, orangtua siswa tidak keberatan mengeluarkan biaya banyak untuk ikut bimbel. Namun, ketika sekolah sebagai lembaga formal menambah biaya sedikit saja, sudah diprotes orangtua murid. Kondisi harus membuat pelaku pendidikan waspada. Tanpa perubahan sikap, boleh jadi lembaga pendidikan formal seperti sekolah akan “ditinggal” murid.

Ketergantungan sistem pengajaran kepada pihak luar lambat laun merusak sistem pendidikan nasional. Asal diberi kepercayaan luas, para guru pasti mampu membuat soal sendiri yang berkualitas. Semua memang tergantung kepada penentu kebijakan satuan pendidikan itu sendiri. Apakah harga diri sekolah pantas tergadai?

Ada benarnya tulisan AA Navis dalam novel berjudul Robohnya Surau Kami. “….Jika Tuan datang sekarang hanya akan menjumpai gambaran yang mengesankan suatu kesucian yang bakal roboh. Dan kerobohan itu kian hari kian cepat berlangsungnya. Secepat anak-anak berlari di dalamnya, secepat perempuan mencopoti pekayuannya. Dan yang terutama ialah sifat bodoh manusia sekarang yang tak hendak memelihara apa yang dijaganya lagi.”

M Basuki Sugita Pendidik Tinggal di Kaliputu Kudus, Jawa Tengah

Tips Memilih Bimbel

Filed under: Info Pendidikan — franchise bimbel @ 7:57 am

Buat kamu yang masih bingung nyari bimbel, khususnya untuk program intensif SPMB, ada beberapa tips dari saya yang mungkin cukup berguna dalam memilih suatu bimbel.

Susahkah memilih bimbel? Tergantung dari Anda. Kalo kalian udah punya patolan, akan mudah memilih bimbel yang baik. Sebaliknya kalo belum punya patokan, akan susah memilih bimbel, banyak faktor yang mesti diperhatikan, khususnya dalam memilih program intensif SPMB.

Faktor-faktor yang mesti diperhatikan :
1. Kualitas pengajarnya, coba cari informasi mengenai pengajarnya serta reputasinya. (Pengajar biasanya lulusan PTN)

2. Pilihlah bimbel yang letaknya strategis dengan tempat tinggal Anda, hal ini dilakukan untuk menghindari kejenuhan atau kebosanan, karena dalam Intensif tiap hari Anda harus bolak-balik dr rumah ke tempat les.
3. Kualitas materi, SPMB mempunyai standar tertentu. Jangan sampai bimbel yang kita pilih tidak mempunyai buku referensi yang jelas dan tidak punya patokan yang jelas, kecuali hanya menjiplak materi bimbel lainnya.
4. Pilihlah bimbel yang silabusnya pengarajarannya dan target jumlah pertemuannya mempunyai rencana yang jelas. Banyak terjadi di bimbel, SPMB sudah tiba, tetapi materi pelajaran belum semua terbahas, hanya karena program mereka tidak terencana dengan baik.
5. Motode pengajaran dan fasilitas, merupakan faktor yang sangat penting, coba lihat fasilitas yg diberikan oleh bimbel. Jangan lupa mengecek kebenaran fasilitas tersebut. Banyak bimbel yg menawarkan fasilitas hanya dr brosur aja, tanpa kepastian yang jelas. Fasilitas tersebut minimal : papan tulis (wajib ada!), ruang ber-AC, Pemeriksaan Try Out dengan komputer SPMB (OMR – OPSCAN 4U – SCANNER), OHP, ruang diskusi, ruang konsultasi, mushola, kantin, dsb, dll.
6. Kalo mw sukses, belajarlah dari orang-orang yang sukses. Pilihlah bimbel yang reputasi sudah diakui secara nasional, misalnya berapa banyak alumni lulusan bimbel tersebut yang diterima di PTN?
7. Pilihlah bimbel yang sesuai dengan keuangan Anda.
8. Ada baiknya (tidak disarankan), pilihlah bimbel yang terdekat dengan kantor pusat cabangnya, atau d’pusat bimbelnya. Kualitas bimbelnya kantor pusat berbeda dengan cabangnya, terlalu jauh dari kantor pusat akan sulit dikontrol oleh pusatnya, buku boleh sama, apakah standar pengajarnya jg sama? Setelah saya menela’ah lebih jauh, bahwa ini murni bisnis. Kantor Cabang berbeda dengan Kantor Pusatnya, banyak kantor cabang yang ingin meraup keuntungan dalam bisnis ini, sehingga menomorduakan yang namanya kualitas dan kuantitas, kejahatan yg sering terjadi ialah banyak kantor cabang yang memilih pengajar yang tidak berpengalaman dan memilih pengajar yang mematok harga murah.
9. Bimbel yang mahal belum tentu bagus, tidak ada relasi antarkeduanya, bimbel yang mematok biaya yang terlalu tinggi justru menunjukkan manajemen yang tidak baik, terlalu boros dengan dana dan tidak efisien.

BEDA GURU SEKOLAH NEGERI, SEKOLAH SWASTA, DAN BIMBINGAN BELAJAR

Filed under: Info Pendidikan — franchise bimbel @ 7:44 am

Guru merupakan ujung tombak keberhasilan suatu sistem pendidikan. Bagaimanapun sistem pendidikannya, jika guru kurang siap melaksanakannya tetap saja hasilnya sama “jelek”. Sistem KBK yang diterapkan saat ini, sebetulnya sudah diterapkan di sekolah swasta yang ekonomi siswanya menengah ke atas. KBK suskses di sekolah swasta karena mereka berani memberikan kesejahteraan guru yang lebih baik dan fasilitas yang lengkap dibandingkan sekolah negeri, setidaknya ini juga disampaikan oleh Pak Said, bahwa sebetulnya yang sangat mempengaruhi kualitas guru adalah kondisi sosial guru. Renungkanlah kalimat yang diucapkan salah seorang guru besar Universiti Kebangsaan Malaysia saat melawat ke Jakarta “Di Indonesia sebetulnya gurunya pintar-pintar jika dibandingkan dengan Malaysia, lalu kenapa pendidikan disana lebih maju pesat, karena kami saat mengajar dalam benak kami tidak punya pikiran aduh gimana besok, sehingga kami benar-benar bekerja keras untuk pendidikan”, kira-kira itulah sari kalimat yang disampaikan nya. Jadi, jika kita simak maksud kalimat saat mengajar dalam benak kami tidak punya pikiran “aduh gimana besok”, saya yakin maksudnya bahwa agar guru mengajar dengan optinal di kelas, sebaiknya guru diberikan kenyamanan dalam hal kondisi sosialnya. Di sekolah swasta yang bonafit, guru benar-benar dikontrol kualitasnya dengan berbagai program yang diadakan yayasan demi menjaga kualitas sekolah tersebut dan kepercayaan dari orang tua murid, sehingga hasilnya pun sangat memuaskan. Bukti sederhana bagaimana hasil didikan sekolah-sekolah swasta adalah prestasi siswa mereka di Olimpiade Sains tingkat Nasional dan Internasional. Misalnya, SMA Xaverius Palembang, SMA IPEKA Medan, dan SMA Aloysius Bandung, SMA BPK Penabur.

Guru di PNS (sekolah Negeri), sudah terlanjur terjebak oleh kalimat pahlawan tanpa pamrih, sehingga akibatnya posisi guru di masyarakat, bahkan di kalangan pejabat terasa terpinggirkan dan tersisihkan. Pemalsuan ijazah oleh caleg merupakan salah satu indikasi bahwa posisi guru diremehkan. Saat guru berpikir bahwa yang dilakukannya adalah hanya semata-mata ibadah, lalu godaan pun datang seperti siswa melecehkannya karena merasa “saya punya uang lebih”, atau orang tua yang punya jabatan ‘wah”, seenaknya memaki guru oleh karena anaknya didisiplinkan, atau orang tua ingin anaknya punya rangking, sehingga mengembel-embel hadiah yang menjanjikan”. Godaan itu, menjadi hal yang wajar dalam wajah pendidikan Indonesia, yang akhirnya menyeret keterpurukan bagsa ini. Bagi guru yang berkualitas, godaan tersebut seharusnya bisa ditolak, tapi malah ada juga guru yang marah ke siswa karena siswa tidak memberi hadiah saat kenaikan kelas.

Mungkin Pa Said lupa, mengapa banyak guru kurang optimal mengajar di kelas?. Cobalah simak bagaimana sekeksi guru PNS. Mengandalkan Akta IV yang dipunyai calon, calon guru hanya diuji tes tertulis, kemudian wawancara. Lalu apakan diuji cara mengajar atau meyampaikan materi pelajaran?. Ini juga salah satu kelemahan sistem seleksi guru kita di Indonesia (PNS), yang membuat guru mengajar kurang optimal, kita terlalu percaya bahwa yang punya Akta IV bisa mengajar, saya yakin tidak semua?. Kita patut puji Diknas Sukabumi, karena sistem seleksi guru di Sukabumi telah menerapkan hal tersebut. Dan ini pula, yang mengakibatkan kualitas guru di bimbel dengan guru sekolah timpang dalam hal menyampaikan materi.

Lalu bagaimana kualitas guru di sekolah dan di bimbel? Tulisan Sanita (HU PR Selasa, 04/05/04) yang berjudul “Bisakah sistem bimbel diterapkan di sekolah” merupakan ide yang cemerlang, tapi tidak semua betul. Beberapa hal yang mebedakan kuaitas guru di bimbel lebih baik dalam hal menyampaikan materi adalah sebagai berikut.

1. Seleksi guru. Di bimbel, sudah tentu syaratnya harus lulusan PTN, karena dia harus jadi panutan bagaimana siswa menembus PTN, tapi guru PNS tentu tidak hanya lulusan PTN. Selain harus lulus ujian tertulis, calon guru bimbel pun harus menyampaikan cara mengajar yang baik, setelah lulus 2 hal tersebut, biasanya guru diuji coba selama satu bulan, kemudian dinilai oleh siswa melalui angket tertulis, laliu dipertimbangkan untuk mengajar tetap di bimbel tersebut atau tidak sama sekali.

2. Pembinaan guru. Minimalnya setahun sekali, guru-guru bimbel diberikan penyegaran oleh pengajar senior setempat (tentu kualitas keilmuan dan mengajarnya sangat baik). Hal ini dilakukan di Bimbel, tapi guru-guru sekolah melalui Diknas mendapatkan penyeegaran tidak sesering itu.

3. Kesejahteraan guru. Tanyakanlah pada guru-guru yang sudah mengajar di bimbel 5 tahun ke atas. Saya yakin gajinya di atas 2 juta sebulan (meskipun tidak semua), bagaimana di sekolah?. Tetapi, meskipun gaji guru di sekolah tidak lebih sampai 2 juta, guru sekolah punya jaminan kesehatan, tunjangan pensiun, tunjangan dapur, tetapi umumnya di bimbel tidak ada.

4. Fasilitas. Siapa yang tidak senang belajar dengan suasana nyaman, dengan AC, absensi dengan komputer, atau bahkan belajar dengan multimedia, tulisan pengajarnya bagus dan warna-warni (dengan spidol).

5. Guru entertainer. Hal ini yang sulit dimiliki guru, rasa tertekan oleh kondisi social membuat guru sekolah hampir praktis tidak punya rasa entertainer, misal humor, hiburan. Tapi tidak sedikit guru yang memiliki hal itu disekolah. Alasan saya saat SMA menyukai fisika atau kumia, karena guru fisikanya selalu bernyanyi saat siswa menulis, atau guru kimia selalu humor di tengahsiswa serius. Di bimbel sikap entertainer sudah menajdi tuntukan jika tidak ingin kalah bersaing. Keramahan juga merupakan sikap entertainer guru, sehingga guru bimbel selalu bersedia ditanya masalah pelajaran kapanpun.

6. Evaluasi belajar yang rapih. Sistem evaluasi dengan dengan komputerisasi, sehingga siswa dapat dievaluasi kelemahannya di materi atau pelajaran apa, umumnya dilakukan di bimbel.

Namun, tidak semua sistem di bimbel lebih bagus, bahkan banyak hal sistem disekolah lebih bagus. Sistem bimbel pun sulit diterapkan di pelosok, apalagi jika anggaranya terbatas. Keunggulan sekolah dibandingkan bimbel dapat dilihat dari beberapa berikut ini:

1. Di bimbel yang diajarkan hampir bersifat praktis, rata-rata bukanlah konsep dasar, bahkan adakalanya guru bimbel mengajarkan cara cepat yang tidak logis atau tidak dterangkan rumus cepat itu dari mnana. Di sekolah, sudah pasti yang diajarkan konsep dasar (keilmuan dasar), karena hal itu tuntutan kurikulum dari DIKNAS. Sehingga beban guru sekolah sebetulnya lebih berat. Tapi tidak sedikit guru bimbel yang mengajarkan konsep dasar. Guru sekolah, yang juga mengajar di bimbel, biasanya sering mengkombinasikan hal ini, konsep dasar diajarkan dan carac cepat pun diberikan. Guru ini biasanya menajdi favorit di sekolah

2. Di sekolah punya guru BP, tempat siswa curhat. Sayang, hal ini belum dioptimalkan oleh siswa. Namun saat ini, ada juga bimbel yang mengadakan konsultasi mental dalam mengahadapi ujian, sampai mendatangkan pakar otak kanan agar lebih menarik siswa, meskipun bayarannya lebih mahal.

3. Wibawa guru di sekolah sebetulnya lebih besar, siswa lebih segan pada guru sekolah. Tapi bandingkan di Bimbel, tidak sedikit siswa yang seenaknya melecehkan guru, terutama siswa kelas 2, tapi itupun tergantung pendekatan gurunya.

Era globalisasi di Indonesia sudah mulai, jadi Guru berkualitas pun sudah merupakan tuntutan dalam pendidikan nasional. Lalu seperti apa guru berkualitas itu? Tentu yang mengajarnya dimengerti siswa, wawasan keilmuannya baik, suri tauladan bagi pendidikan moral siswanya, dan punya keinginan untuk meng-up grade dirinya, dan totalitas bagi pendidikan. Jika melihat dari permasalah-permasalan yang ada, tentu meningkatkan kulitas guru di sekolah bukan hal yang mudah, tetapi saya punya beberapa pemikiran untuk hal tersebut.

1. Kesejahteraan guru sudah menjadi hal yang wajib untuk diperhatikan, agar posisi tawar guru lebih besar dalam tatanan republik ini. Artinya, jika suatu waktu ekonomi Indonesia membaik, wajar jika guru ditingkatkan kesejahteraanya. Di Negara-negara yang pendidikan maju seperti Jepang, Malaysia atau Singapura gaji guru lebih utama di bandingkan pegawai lain.

2. Dalam penyeleksian Guru hendaknya selalu diuji bagaimana guru menyampaikan materi pelajaran ke siswa, jika memang kurang baik mengajarnya, meskipun tes tertulis lulus lebih baik digagalkan. Atau, jika seleksi dosen ada tes psikotes, mengapa pada seleksi guru tidak dilakukan.

3. Sertifikasi guru dan pembinaan guru perlu dilakukan secara rutin, terutama bagi pengajar baru atau pengajar lama yang memang banyak dikeluhkan oleh siswa kurang baik mengajarnya. Pemerintah dalam hal ini Depdiknas harus tegar, jika guru tersebut tidak bisa mengajar, lebih baik dipindahkan di bagian lain. Jadi, Depdikas sebaiknya memiliki seksi yang memonitoring kualitas guru.

4. Fasilitas sangat mendukung keberhasilan sistem pendidikan. Jika Pemerintah serius terhadap pendidikan, maka fasilitas harus diperbaiki. Untuk halk ini, Pemerintah harus menganggarkan lebih banyak dalam APBN Pendidikan, karena masih banyak sekolah yang tidak layak pakai.

5. Reformasi 3 hal di atas, tentu memerlukan anggaran dana, oleh karena itu Pemerintah bersama legislatif harus berjuang keras agar APBN pendidikan ditingkatkan di atas 20 %.

Oknum Dikdis Lingga juga Ditahan Jaksa

Filed under: Info Pendidikan — franchise bimbel @ 7:23 am

TANJUNGPINANG (BP) – Daftar nama pejabat di Pemkab Lingga yang ditahan kejaksaan karena diduga melakukan korupsi semakin panjang. Ini menyusul pengungkapan dugaan korupsi proyek bimbingan belajar (Bimbel) SMP dan SMA di Lingga tahun 2007 bernilai Rp960 juta oleh Kejari Tanjungpinang melalui Cabjari Dabo Singkep. Empat orang ditetapkan sebagai tersangka dan langsung ditahan sekitar pukul 18.00 WIB mulai kemarin sore .

Para tersangka, yakni oknum dosen di Universitas Riau (Unri) Pekanbaru, Drs Firdaus MSi yang juga Ketua Badan Science Quantitatif (BSQ) Fakultas Matematika IPA (FMIPA). Sebelum ditahan, Firdaus dipanggil dan diperiksa di ruangan Kasi Pidsus Kejari, Lulus Mustofa SH MH. Tersangka lainnya, yakni pimpinan Bimbingan Belajar College (BBC) Tanjungpinang yang beralamat di Jalan Basuki Rachmat, Zaujar (27). Zaujar lebih dulu diperiksa di ruangan Kasi Intelijen Kejari, Ronald H Bakara SH. Sedangkan tersangka lainnya yang juga ikut ditahan di Rutan Tanjungpinang adalah oknum bendahara kegiatan Bimbel di Dinas Pendidikan Lingga 2007, Ridwan (43). Ridwan diperiksa oleh Kacabjari Dabo Singkep, Siswanto SH.
Setelah dinyatakan sebagai tersangka dan selesai menjalani pemeriksaan, ketiga tersangka digelandang ke mobil tahanan dengan nomor polisi BP 112 L  yang sudah dipersiapkan sebelumnya di depan kantor Kejari Tanjungpinang dan dibawa ke Rutan di Jalan Penjara untuk menjalani penahanan. Sejumlah staf Kejari ikut di dalam mobil tahanan untuk mengawal tiga tersangka.
Saat digiring menuju mobil tahanan, ketiga tersangka bungkam saat ditanyakan sikapnya setelah penahanan. Bahkan, Zaujar dan Ridwan terlihat pasrah. Keduanya juga tak memperdulikan jepretan kamera fotografer yang membidiknya.
Sementara Firdaus terlihat terpukul. Begitu keluar ruangan Kasi Pidsus dan menyadari ada banyak wartawan yang menunggunya, spontan pria berkacamata ini menutupi wajahnya dengan lembaran berita acara penetapannya yang sebelumnya hanya dipegangnya.
Dalam perkara dugaan korupsi ini, Kejari Tanjungpinang menetapkan empat tersangka. Selain ketiga tersangka di atas, satu tersangka lainnya adalah mantan Kadis Diknas Lingga, Said Bachtiar. Said Bachtiar sendiri sudah lebih dulu ditahan Kejari dalam perkara dugaan korupsi korupsi pengadaan baju dinas guru di Kabupaten Lingga. Dengan demikian, Said Bachtiar menghadapi dua kasus dugaan perkara korupsi yang berbeda.
”Said Bachtiar juga jadi tersangka dalam perkara ini dan sudah lebih dulu kita tahan dalam perkara dugaan korupsi lainnya. Dalam perkara ini mereka diancam dengan pasal 2, pasal 3 dan pasal 9 UU No 20 tahun 2001 tentang tindak pidana korupsi,” kata Kasi Intelijen Kejari Tanjungpinang, Ronald H Bakara SH menjawab wartawan, Rabu (6/8).
Mengenai kronologis perkara, Ronald menjelaskan bahwa tahun anggaran 2007 Pemkab Lingga melalui Dinas Pendidikan menganggarkan dana sekitar Rp960 juta untuk proyek bimbingan belajar pelajar SMP, dan SMA dalam menghadapi Ujian Nasional (UN). Ada sejumlah dugaan penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan ini.
Dugaan penyimpangan itu antara lain diketahui dari penandatangan kerja sama Diknas Lingga dengan BSQ FMIPA UNRI untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Padahal, dalam Keppres Keppres 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa pekerjaan yang dilaksanakan ada dua mekanisme yang dilakukan yakni melalui lelang dan penunjukan langsung. Sedangkan, kegiatan Bimbel ini tidak melalui kedua proses tersebut. Namun, langsung melalui kerja sama dengan BSQ FMIPA UNRI, dan BCC Tanjungpinang.
Dugaan penyimpangan lainnya diketahui dari pelaksanaan kegiatan yang hanya dijalankan sekitar satu setengah bulan atau hanya setengah dari jadwal yang ditetapkan. Artinya, ada dugaan sebagian kegiatan tidak dilaksanakan. ”Dari keterangan saksi-saksi yang sudah kita panggil diketahui pekerjaan ini hanya dilaksanakan setengahnya. Sedangkan setengahnya lagi tidak dilaksanakan,” ujar Ronald.
Selain dua dugaan itu, masih ada lagi dugaan penyimpangan dalam kegiatan tersebut. Ini diketahui dari pencairan dana pengajar yang jumlahnya sekitar 24 orang. Para pengajar itu seharusnya menerima Rp10 juta untuk tiga bulan kegiatan itu belum termasuk biaya akomodasi serta transportasi.
Namun dalam praktiknya, para pengajar itu hanya menerima sekitar Rp7,5 juta per orang, itupun tidak menandatangani penerimaan honor. Tapi, seluruh pengajar itu ada tandatangannya dalam berita acara pencairan dana. ”Hasil penyelidikan sementara dari kita jumlah dugaan kerugian negara sekitar Rp300-an juta. Tapi, jumlah pastinya kerugian negara nanti diaudit lagi oleh BPKB,” terang Ronald.
Ketiga tersangka ini dan tersangka Said Bachtiar nantinya akan menjalani rangkaian pemeriksaan panjang di Kejari Tanjungpinang. 

Siswa Serbu Bimbel, Meski Biaya Cukup Mahal

Filed under: Info Pendidikan,Uncategorized — franchise bimbel @ 6:40 am

Merasa Cemas Hadapi UN 2009
Meski pelaksanaan ujian nasional (UN) untuk tahun 2009 masih cukup lama. Namun siswa-siswi baik kelas 6 SD, kelas 3 SMP, maupun kelas 3 SMA, sudah sibuk mencari-cari lembaga bimbingan belajar (bimbel) yang tepat untuk persiapan menghadapi UN ini. Walau biaya bimbel dirasakan cukup mahal, namun para siswa ini tidak peduli, karena mereka merasa kuatir menghadapi UN mendatang.

Apalagi dihadapkan dengan jumlah siswa yang tak lulus UN tahun 2008 ini, baik siswa maupun orang tua merasa  cemas, khawatir dan takut. Bukan hanya siswa dan orang tua saja yang merasa kuatir dengan pelaksanaan Un ini, tetapi para guru juga ikut kuatir, tidak salah bila mereka sibuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkenaan dengan persiapan UN ini.

Memang saat ini lembaga Bimbel semakin menjamur di Batam ini menawarkan program yang cukup beragam, dengan harga paket yang beragam pula. Mau tahu? Biayanya tak main-main, mulai dari Rp1,5 juta hingga Rp5 jutaan.  Malah tidak sedikit pihak sekolah juga menjalin kerjasama dengan lembaga Bimbel ini, supaya anak didiknya lebih siap lagi dalam menghadapi UN mendatang.

Ada baiknya juga pihak sekolah menyarankan anak didiknya untuk ikut bimbel, karena sebagaimana dipahami, bahwa kemampuan intelejensi masing-masing siswa dalam menangkap pelajaran di sekolah sangat beragam. Tidak semua siswa bisa mengerti dan memahami secara maksimal apa yang diajarkan oleh guru di sekolah.

Ada siswa yang bisa menangkap semua pelajaran yang disampaikan guru dan ada pula yang hanya sebagian. Siswa yang kemampuan daya serap otaknya sangat lemah, sulit mengerti dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru. Apalagi kalau kemampuan guru dalam menyampaikan dan menerangkan pelajaran juga tidak memenuhi standar. Bila sudah demikian, maka siswa akan lebih sulit lagi mengerti pelajaran yang disampaikan.

Berlatar dari kondisi itu, siswa perlu melakukan remedial atau belajar ulang dan latihan di luar sekolah dengan melakukan  masuk lembaga kursus atau yang lebih dikenal dengan istilah bimbel. Karena dirasa perlu, meski cukup mahal tetap saja diminati.

Menjamurnya bimbel tidak dipungkiri merupakan akibat dari permintaan pasar yang tinggi. Walau biaya yang harus dikeluarkan untuk mengikuti bimbel tidaklah sedikit, namun banyak peminatnya.
Hanya, tujuan siswa kini mulai berubah haluan. Dulu, siswa berbondong-bondong masuk bimbel karena ingin diterima di perguruan tinggi negeri (PTN) papan atas. Kini, mereka menyerbu bimbel untuk mendapat nilai UN tinggi.

Pemerintah setiap tahunnya memutuskan standar kelulusan dengan batas minimal nilai kelulusan siswa semakin meningkat. Keputusan itulah yang membuat bisnis bimbel tetap diserbu siswa.

“Sekarang ada tren anak-anak SMP dan SMA lebih cenderung mengejar ujian kelulusan,” kata Nono, salah seorang pemilik Bimbel dibilangan Nagoya. Hal ini kata Nono dijadikan peluang bimbel miliknya. Apalagi, sekarang peserta bimbel tak hanya dimonopoli siswa SMP dan SMA saja, tetapi juga siswa SD yang ikut USBN itu.

Menurut Nono bimbel dibandingkan dengan pembelajaran di sekolah,mempunyai daya tarik tersendiri. Metode dan tekniknya berbeda serta jumlah siswa dibatasi maksimal 20 orang per kelas. Dengan begitu, setiap guru memberi perhatian yang cukup kepada siswa.

Namun demikian masing-masing lembaga bimbel punya kiat tetap eksis dalam persaingan bisnis ini. Misalnya bimbel miliknya, meski baru namun cukup diminati terutama oleh siswa dari warga keturunan Tionghoa. Karena kebanyakan pembimbing didatangkan dari Singapura dan perguruan tinggi dari Jakarta dan merupakan warga keturunan Tionghoa juga.

Keterlibatan bimbel dalam mempersiapkan para siswa akhir ini, memang sebagian orang tua murid juga mengaku perlu, selain anak lebih paham dengan materi pelajaran, juga dapat memberikan kepercayaan diri lebih besar pada si anak.

Menurut Kepala Sekolah SMAN 8 Abu Bakar, bahwa di sekolahnya dalam persiapan untuk menghadapi UN ini sesungguhnya selalu dilakukan jauh-jauh hari. Di SMAN 8 Batam saja pendalaman materi hampir delapan bulanan  dilakukan mulai Senin hingga Kamis setelah jam pelajaran. Bahkan, dua minggu sebelum UN setiap hari siswa khusus hanya belajar mata pelajaran yang diujikan secara nasional.

Nurkholis warga Bengkong yang anaknya saat ini duduk di kelas III SMA, mengakui bahwa ia merasa perlu putranya ikuti program bimbingan tes lain di luar sekolah. Sebab, katanya, bimbingan punya
program intensif UN dan persiapan seleksi ke perguruan tinggi.

“Mungkin bagi orang tua yang tidak mampu, bimbel cukup memberatkan, namun jika ditinjau apa manfaat dari bimbel itu, sangat banyak. Salah satunya menambah pengetahuan anak, karena disekolah tidak semua pelajaran itu dibahas dengan lebih rinci, dan anak juga belum tentu menguasai apa yang diajarkan guru disekolah tersebut,” ungkap Nurkholis lagi.

Selain itu, Nurkholis juga berpendapat, jika memilih tempat Bimbel, jangan hanya sekedar Bimbel, karena banyak ada beberapa Bimbel yang hanya mengatasnamakan bimbel, tapi mutunya tidak bagus. Di samping itu, orang tua juga harus melihat keinginan anak untuk ikut Bimbel. Ia beranggapan, jika kemauan anak tidak ada untuk Bimbel, maka hanya akan membuang-buang biaya dan waktu.

Benar adannya siswa mengikuti bimbel agar lebih siap menghadapi UN yang kini memiliki syarat kelulusan lebih berat. Seperti diungkapkan Viren siswa kelas III, SMPN 6 Batam, bahwa mengikuti lembaga bimbel atau ikut les di sekolah agar siswa lebih siap mengerjakan soal-soal UN.

Pelajaran di sekolah memang mengajarkan soal yang di-UN-kan, tetapi baik siswa maupun orang tua biasanya menginginkan anak itu benar-benar siap sehingga dipandang perlu mendapat pelajaran tambahan.

Namun menurut Ketua Komite SMAN 4 Batam, Abidun Pasaribu, malah menyarankan selain mengikuti bimbel, siswa juga harus lebih intensif belajar di rumah jangan hanya memgandalkan bimbel melulu. “Belajar juga dirumah jangan hanya mengandalkan bimbel. Maka dari itu orang tua juga perlu mwngawasi cara belajar anak dengan baik,” kata Abidun.

Hal senada juga diungkapkan oleh July Astuty, ia selaku orang tua merasa bahwa sudah seharusnya anaknya diikutkan dalam Bimbel. Karena pelajaran yang ada di sekolah tidak semuanya bisa diterangkan kepada siswa mengingat adanya target-target UN yang harus dikejar dari sekolah.

Sehingga, terkadang anak belum menguasai pelajaran yang diberikan, namun guru di sekolah sudah melanjutkannya.  “Hal ini terjadi hanya pada beberapa siswa yang daya tangkapnya lemah,” katanya.

Dengan begitu, ungkapnya lagi, maka Bimbel itu antara penting dan tidak, jika anak cukup pintar dalam belajar, maka Bimbel tidak begitu diharuskan. Namun jika anak lemah dalam daya tangkapnya, maka sudah sebaiknya dimasukan Bimbel. Apalagi nanti akan menghadapi UN yang cukup berat.

Herlina guru SMPN 6 Batam, menilai keberadaan bimbel cukup penting dan membantu, karena dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk lebih memahami dan mengerti suatu mata pelajaran atau bidang studi. Namun sejauh ini selaku guru yang selalu mengamati anak didiknya, ia masih menemukan banyaknya siswa yang ikut bimbel yang kemampuannya tidak jauh beda dengan anak yang tidak mengikuti bimbel.

Bimbel sebetulnya tidak jauh berbeda dengan sekolah. Jumlah siswa per kelasnya dapat mencapai belasan, bahkan bisa puluhan orang. Materi yang diperoleh pun adalah materi yang didapatkan di sekolah, bedanya pada bimbel latihan-latihan soal lebih banyak diberikan.

Ini menarik untuk dicermati. Apakah ratusan bahkan ribuan siswa yang tersebar di berbagai bimbel itu merasa tidak cukup paham akan materi yang disampaikan di sekolah?

Padahal, bukankah pengajaran di SMA diarahkan untuk mempersiapkan anak didik dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi? Apa sebenarnya yang diberikan bimbel dan tidak didapatkan di sekolah?

Pertama, bimbel banyak memberikan latihan soal untuk benar-benar mengasah kemampuan otak siswa. Beberapa contoh soal yang sering diputar balik dapat membuat siswa lebih jeli dan berhati-hati dalam menyelesaikan sebuah soal. Bimbel pun memberikan tips dan trik menghadapi soal sulit dan rumus singkat dan cepat yang dapat dipergunakan siswa.

Kedua, para tenaga pengajar bimbel selalu bersedia ditemui dan dimintai bantuannya oleh siswa mengenai materi pelajaran yang sukar dipahami. Lembaga bimbel biasanya menyediakan suatu ruangan tempat siswa berkonsultasi di luar jam belajar. Tenaga pengajar umumnya stand-by di sana secara bergiliran.

Ketiga, kemampuan presentasi pengajar di bimbel umumnya lebih menarik dan komunikatif dibandingkan di sekolah sehingga penyampaian materi yang sulit terasa ringan dan siswa pun dapat menangkapnya dengan lebih mudah. (sm/aa)

Menumbuhkan Profesionlisme Seorang Guru

Pada hakekatnya seorang guru memegang kunci utama bagi peningkatan mutu Sumber Daya Manusi (SDM). Guru adalah tenaga profesional yang melakukan tugas pokok dan fungsi meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap bagi peserta didik.

Guru jug mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang strategis dalam pembangunan nasional di bidang pendidikan, karena itu profesi guru perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat. Dengn lahirnya UU Nomor 14 Tahun 2005  tentang Guru dan Dosen, merupakan bentuk riil dari pengakuan pemerintah terhadap profesi ini.

UU ini diharapkan menjadi tonggak awal bangkitnya apresiasi tinggi pemerintah dan masyarakat terhadap profesi guru ditandai dengan perbaikan kesejahteraan, perlindungan hukum, perlindungan profesi dan perlindungan ketenagakerjaan bagi mereka.

Bercermin pada fungsi guru yang memiliki profesionalisme, adalah guru yang memiliki keahlian, tanggung jawab dan rasa kesetiakawanan yang didukung oleh etika profesi yang kuat. Untuk itu hendaknya guru memiliki kualifikasi kompetensi yang meliputi kompetensi intelektual, sosial, spiritual, pribadi, moral dan profesional.

Kedudukan guru sebagai tenaga profesional mempunyai visi terwujudnya penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip profesionalitas untuk memenuhi hak yang sama bagi setiap anak didik dalam memperoleh pendidikan yang bermutu.  Guru profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggungjawab sebagai guru kepada peserta didik, orangtua, masyarakat, bangsa, negara, dan agama. Para guru juga diharapkan memiliki jiwa profesionelime, yaitu sikap mental yang senantiasa mendorong dirinya untuk mewujudkan diri sebagai petugas profesional.

Guru harus memiliki kebanggaan terhadap profesinya. Rasa bangga ini ditunjukkan dengan penghargaan dan pengalaman di masa lalu, dedikasi tinggi terhadap tugas-tugasnya sekarang dan keyakinan akan potensi diri bagi perkembangan di masa depan.

Pada dasarnya profesionalisme itu merupakan motivasi intrinsik pada diri guru sebagai pendorong untuk mengembangkan diri kearah perwujudan profesinalitas. Maka dari itu untuk dapat mewujudkan profesionalisme guru ini sangat bergantung pada kualitas pribadi sesuai dengan keunikan dan kelebihan maupun kekurangan masing-masing.

Kecurangan Ujian NAsional

Filed under: Info Pendidikan — franchise bimbel @ 4:57 am

Menulis tentang guru (dan pendidikan) nampaknya tak ada akhirnya. Wajarlah, kaisar Jepang, selepas Hiroshima dan Nagasaki dibomatomi Amerika Serikat pada Perang Dunia II —satu-satunya negara yang mencobakannya pada manusia— bertanya pada petinggi Jepang: Berapa orang guru yang selamat? Bukan tentara atau ilmuwan. Tapi, ya tetapi, berapa orang guru yang selamat. Mengharukan.

Sampeyan jangan pula iri, (ada warga) Malaysia sebagai bangsa serumpun, dengan gagah perkasa melecehkan Indonesia —dari Indon sampai perlakuan buruk terhadap TKI— karena ‘kecerdikan’ dan kemajuan mereka. Padahal, dulu minta tolong guru-guru Indonesia untuk ‘membenahi’ pendidikannya, 30 tahun lalu. Kini, tergolong negara ‘maju’ diantara negara-negara kasta paria dunia. Semua karena guru. Sekali lagi karena guru.

Bukan keseriusan pemerintah Indonesia yang saya dicemaskan. Itu soal waktu. Pada dasawarsa ke depan yakin, para pemimpin, eksekuti dan legisltaif, ‘dikendalikan’ oleh mereka yang sadar pendidikan. Dalam pikiran nakal, terkadang terbesit: Biarlah Indonesia terpuruk seterpuruknya … asal era anak dan cucu nanti bisa jaya. Kenapa?

Dengan prestasi buruk —kalau perlu ke bibir ‘negara gagal’— akan ada sentakkan sadar: Kalau ingin maju, benahi pendidikan, perhatikan guru. Kapan itu? Entahlah. Yang pasti, di segala lini kesadaran akan pentingnya pendidikan, dalam arti perilaku dan tindakan, memuncul dimana-mana. Lihatlah perkuatan UU untuk memantapkan tapak-tapak pancang pendidikan. Beberapa pemerintah daerah ada yang betul-betul menampakkan kesadaran aksi nyata, bukan sekadar retorika.

Jujur saja, pada posisi demikian, saya menaruh harap pada pendidikan ndonesia. Ya ya ya, optimis. Generasi yang rada-rada cuek terhadap pendidikan, para pengambil keputusan yang dipintarkan oleh gurunya, namun tidak ‘kesetanan’ memperhatikan pendidikan dan kesejahteraan guru, akan berganti. Tidak ada yang abadi di dunia, apalagi dalam panggung peran. Sabar. Sabar.

Guru Curang
Satu hal yang menyentak, dan menjadi pikiran ketika suatu kali berkomentar pada blog seorang teman: saya geram dengan guru (kalau benar-benar ada) yang ikut curang dan mencurangi ujian nasional UN. Oleh seorang teman, dikatakan tidak pernah ke lapangan. Jujur —di kalangan guru— sudah barang langka. Kira-kira begitu. Guru tidak jujur?

Alkisah, ada kecurigaan curang dalam UN demi mendongkrak kelulusan —kata teman tersebut— bagaimana mungkin guru berkutik, kalau pihak berwenang (saya tidak tulis instansinya, Sampeyan pasti tahu), memerintahkan supaya ‘membantu’ peserta UN —murid-muridnya. Ya Allah, ampunilah mereka. Apa pasal?

Kita juga disajikan berbagai keluhan, bahkan diadukan sampai ke DPR, praktik kecurangan UN. Di kelompok Air Mata Guru Medan atau di Bandung, misalnya, justru guru yang berkendak jujur dapat semprit. Ini pendidikan atau pendidikan curang? Yang salah dibiarkan, yang berusaha benar dicuekin. Kalau benar, sungguh memalukan dan memilukan.

Jujur saja, saya coba kerahkan kemampuan pikir dan landasan llmu kependidikan yang dipelajari secara akademis, ternyata tidak membantu menjawabnya. Kog bisa ya, pendidikan yang dikeluhkan dari segala lini, meluluskan 90% lebih peserta UN. Artinya, ini sukses. Sangat sukses.

Kalau sukses, naga-naganya buat apa (lagi) berjuang, berterak-teriak, kepada pemerintah, terutama kalangan wakil-wakil rakyat, agar lebih memperhatikan, terutama dana untuk pendidikan. Wong dengan keadaan seadanya begini, prestasi UN begitu bagus. Memang UN bukan ukuran satu-satunya, tetapi setidaknya satu indikator.

Guru dengan kualifikasi minim, kesejahteaan nan memilukan, plus sarana dan prasarana sangat tidak memadai, berprestasi begitu bagus. Entahlah, kalau yang menolong menjawab soal-soal UN para guru. Semoga tidak demikian adanya. Sebab, kalau guru ‘menolong’ peserta didik ‘menyiasasti’ UN, persoalannya sangat serius.

Pendidikan Curang
Kalau menolong siswa dalam UN, atau evaluasi apa saja, dampaknya merajut ke depan. Kalau mereka berhasil menamatkan pendidikan, pada lagkah berikut akan tidak berpihak pada jujur dan kejujuran. Mereka akan enteng saja memakai joki, membeli ijazah, atau menyogok untuk mencapai maksud.

Bukan tidak mungkin, kalau memegang kekuasaan, membawa atau memakai barang kantor untuk kepentingan pribadi, bukanlah hil yang mustahal. Korupsi enteng-enteng saja. Menolong anak, keponakan, atau keluarga (jauh) tidak ada masalah, sekalipun menyingkirkan mereka yang lebih berhak. Bukankah ketika bersekolah sudah ‘diajarkan’ praktik curang?

Bahkan, kalau perlu, guru yang memintarkan cuekin saja. Peduli amat dengan kesejahteraan gutu. Toh guru juga dulu yang ngajarin curang. Kalu demikian logikanya kan jadi berabe. Semuanya terpulang pada guru.

Apa pun jadinya, masih banyak, dan lebih banyak, guru yang berprinsip, mendidik jujur dan kejujuran berlandaskan kejujuran. Kalaupun dulu, tahun-tahun lalu, ikut-ikutan ‘mensiasati’ UN, dengan alasan apa pun, atau ‘tekanan’ apa pun, saatnya kembali ke jalan yang benar. Tidak satu agama pun, atau wejangan, yang mengajarkan kecurangan alias keculasan.

Dengan kata lain, mulai tahun ini —kalau ada diantara pembaca tulisan ini— yang mempratikkan curang demi UN, apa pun alasannya, saatnya bertaubat nasuha. Insya Allah, ‘dosa-dosa besar pendidikan’ yang dilakukan sebelumnya diampuni Allah SWT.

Mari lawan pendidikan curang. Pendidikan curang musuh sesungguhnya pendidikan. Jangan sampai (seorangpun) guru pernah melakukannya (lagi). Amin.

http://www.lcc-ptc.com

Laman Berikutnya »

Blog di WordPress.com.